Jika dilihat dan dinilai dari segi ekspressif peralatan dan perkakas untuk mengalir dan menangkap buaya tersebut, maka dapatlah dilihat bahawa para pengalir kebanyakkannya memanfaatkan sumber alamiah dari alam sekitar, contohnya alatan mengalir dari batang nibung dan kayu tampuling dari kayu jenis marakas putih, dan besi yang digunakan adalah dari jenis besi parang yang tahan lama yang tidak mudah bengkok. Melalui seni pembuatan tersebut menunjukkan para pengalir tersebut memilih untuk membuat barangan tersebut secara cermat dan teratur agar tudak terjadi kecuaian, pembaziran bahan dan sekaligus mengelakkan dari menzalimi dan menganiaya binatang tersebut.
Dari segi simboliknya, dapat dilihat dari segi pantang-larang, petua, beberapa kepercayaan dan unsur kepunan di sana. Ilmu luaran dikombinasi dengan ilmu spiritual, sekaligus menimbulkan rasa kepercayaan, semangat dan fokus yang tinggi kepada pengalir. Terdapat juga unsur menghormati makhluk lain, seperti tidak menangkap buaya yang tidak bersalah dan menghormati penunggu lain yang kemungkinan ada menetap di sesuatu kawasan tersebut, asal saja tidak bercanggahan dengan akidah dan hukum Islam. Selain itu unsur kepunan tersebut adalah sebagai untuk menghormati pelawaan seseorang dan untuk menghargai rezeki pemberian Illahi itu, agar tidak disia-siakan begitu sahaja.